BAB I
A.Latar Belakang
Dalam
kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai problem yang selalu datang yang menunjukkan manusia sebagai mahluk yang
sempurna dan memiliki fitrah yang telah di anugerahkan oleh Allah swt. Tapi
seiring dengan sudah berlangsungnya kehidupan manusia di dunia ini tindak
kekerasan dan kebencian selalu di pandang sebagai sesuatu yang tidak baik dan
di pandang negatif.
Memang
dalam sejarah kehidupan manusia tindak kekerasan dan kebencian memang sudh
terjadi sebagaimana yang sudah di kisahkan di dalam Al-qur’an tentang
pembunuhan yang di lakukan Qobil atas saudaranya Habil yang memulai titik
hitam tentang tindak kekerasan dan kebencian.Tapi perlu kita Ketahui bahwa
dengan adanya tindak kekerasan ini agama Islam Tidak mungkin akan berkembang
sepesat ini.
Dengan
jihad yang dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya demi menyebarkan agama Allah
di muka bumi ini.dengan demikian tindak kebencian dan kekerasan juga memiliki
sisi yang positif walau selama ini
dipandang negatif.
Di
sisi lain dalam ajaran islam (khususnya pendidikan Islam) juga mengenal yang
namanya cinta, karena manusia di ciptakan juga karena cintanya Allah pada
mahluknya dan menjadi khalifah serta menyembah kepada-Nya, disinilah kelebihan
manusia dengan mahluk ciptaan Allah lainya.
Mengenai
pendidikan Islam apakah tindak kekerasan dan kebencian ini penting atau tidak
dalam mendidik anak dan bagaimana makna cinta yang sesungguhnya dalm pendidikan
Islam, kita akan jelaskan panjang lebar pada pembahasan di bawah ini.
B rumusan masalah
1.apakah yang di
maksud dengan tindak kekerasan
dankebencian?
2. Bagimanakah
pandangan Islam tentang tindak kekekrasan dan kebencian?
3.Apa
saja istilah-istilah cinta dan bagaiman pemaknaanya?
C.tujuan
1. Untuk
mengetahui kedudukan tindak kekerasan dan kebencian dalam
Islam.
2. Untuk
mengetahi tindak kekerasan yang di anjurkan didalam Islam.
3.Untuk
mengetahui makna cinta yang sesungguhnya
4.Untuk
mengetahui cinta dalam Islam itu sendiri.
BAB:II
PEMBAHASAN
1)
fenomena
kebencian-kekerasan dalam pandangan islam.
Dalam
agama samawi, kisah tentang pembunuhan yang di lakukan qobil atas saudaranya
habil merpakan bukti bahwa tindak kekerasan-kebencian telah ada semenjak awal
penciptaan manusia,lepas dari kekerasan itu lagal ataupun tidak. Adanya
paradoks dalam melihat berbagai fenomena tindak kekerasan dalam budaya
kontemporer menyebabkan kekerasan dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Namun di
sisi lain, justru dianggap sebagai obyek yang menarik untuk dipraktikkan.
Islam
adalah agama yang menganjurkan hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain dan
melihat semua manusia itu sama. Tidak ada kelebihan seseorang terhadap yang
lain kecuali kesolehan sosialnya. Dalam Islam, manusia memiliki harkat dan
martabat jauh di atas mahluk lainnya. Manusia dalam persepektif Islam adalah
khalifah Tuhan yang karena dianugerahi-Nya ilmu(akal) dan bekecendrungan pada
kebenaran(hanif) yang bertugas untuk “bekerjasama” dengan Allah SWT dalam
membangun bumi, bukan merusaknya.
Dalam
QS.5:8, dijelaskan bahwa jangan sampai karena kebencian terhadap seseorang atau
kelompok tertentu membuat kita tidak berlaku adil dalam memperlakukannya (sesama
manusia).
Dalam
bahasa arab kekerasan sering disebut ‘khusyunat”, dan dalam bahasa inggris
disebut “violence” yang diartikan sebagai “suatu tindakan yang bersandar pada
penggunaan ketegasan ekstra”.
Mengenai
definisi diatas tindak kebencian dan kekerasan memang sudah ada semenjak
manusia terlahir kedunia sebagai awal dari kebencian dan kekerasan yaitu kisah
Qobil dan Habil. Dengan kaitannya diatas dalam pendidikan Islam tidak
diperbolehkan karena merusak fitrah manusia sebagai mahluk ciptaan Allah yang
paling sempurna.
Atas
dasar ini pula dapat dijelaskan bahwa Islam sebagai agama yang ajarannya
didasari oleh ideologi dan pandangan dunia ketuhanan terhadap Sang Pencipta
alam semesta Yang Maha Esa pun tidak terlepas dari berbagai konsep tindak
kekerasan, dan jihad sebagai contoh konkritnya. Atas dasar itu pula maka tolak
ukur legalitas kekerasan dan kebencian dalam pandangan Islam hanya bertumpu
kepada konsep tauhid dengan berbagai konsekuensinya termasuk Allah sebagai
satu-satunya Dzat yang memiliki otoritas mutlak dalam menentukan hukum,
termasuk menentukan hukum ijtihad.
Dalam
pandangan agama samawi, tujuan manusia diciptakan hanyalah menuju ridha Allah
SWT. Tidak semua ridha Allah harus melalui jalan lemah lembut, bahkan terkadang
melalui jalan kekerasan seperti yang tercantum dalam konsep amar ma’ruf nahi munkar.
Dalam
psikologi Islam disebutkan bahwa esensi dasar manusia(fitrah) adalah suci dan
yang selalu mengajak kepada kesucian serta kesempurnaan. Namun terkadang
dikarenakan beberapa faktor eksternal(seperti lingkungan) akhirnya bisa
menjerumuskan kepada penyimpangan.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tindak kekerasan dan kebencian dalam pandangan
Islam tidak selamanya bisa di vonis salah karena ada juga sisi baiknya
misalnya, jihad yang dilakukan Nabi dan para sahabat dalam mempertahankan agama
Allah. Berkaitan dengan pendidikan Islam ada tempatnya tindak kekerasan dan
kebencian diberlakukan sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa
“ajarlah anakmu untuk melakukan shalat dalam umur tujuh tahun dan biasakan
ketika sudah menginjak umur sepuluh tahun apabila dia tidak mau maka pukullah
dia”.
Ini
merupakan tindak kekerasan yang bersifat mendidik dan membangun anak untuk
lebih baik.
2)
Istilah-istilah
cinta dan pemaknaanya
Dalam
perspektif terminologi (bahasa), cinta diartikan sebagai rasa rindu, ingin, sangat
suka, sangat sayang, sangat kasih dan tertarik hatinya. Dari kata cinta ini
lahir pula beberapa istilah-istilah cinta yang hampir semakna.misalnya, kasih sayang,
belas kasihan, kemesraan dan pemujaan.
Dalam
perjalanan hidup manusia, tidak akan pernah lepas dari yang namanya cinta. Cinta
akan selalu ada dalam suatu dimensi yang namanya manusia. Manusia diciptakan
dengan penuh cinta dan tanpa cinta manusia tidak akan lahir. Manusia diciptakan
di bumi ini untuk mengemban cinta dari Allah sebagai khalifah di muka bumi.
Cinta merupakan inti dari keberadaan manusia (the core of existence). Arti cinta
dalam konteks lain seperti jatuh cinta, dilamun asmara, cinta orang tua kepada
anak atau sebaliknya, cinta kepada alam dan seni, cinta kepada Negara, cinta
kepada sesama dan yang lebih tinggi yaitu cinta kepada Allah SWT.
Cinta
adalah: fitrah yang
sifatnya abstrak sehingga perwujudanya berada dalam area metafisik (inmaterial).
Sedangkan rasa suka adalah wujud rasa ketertarikan kepada hal yang bersifat
materi.
Pengistilahan
atau arti cinta itu tidak akan sama, akan tetapi merupakan variasi-variasi dari
sekian banyak istilah. Istilah-istilah merupakan kesetaraan yang memiliki arti
yang mengarah pada satu pemaknaan yang utuh. Pada akhirnya,,bagimana seseorang
memberi pemaknaan pada arti cinta tergantung seberapa tinggi pemahaman dia akan
pentingnya kehidupan di dunia.
Cinta
yang multiperspektif akan menjadi sesuatu yang membedakan antara satu individu
dengan individu yang lain saat mengolah kehidupan cinta mereka.
Selanjutnya,
aktualisasi arti cinta pada setiap anak manusia mempunyai sisi unik. Universalitas
cinta menghadapkan manusia pada penghambaan hakiki atas nama cinta.
Dalam
perspektif peradaban Yunani, cinta di bagi dalam tiga jenis, yaitu sebagai
berikut:
Ø Cinta egape, ialah cinta
manusia kepada Tuhan yang diwujudkan dengan komunikasi
ritual(vertical/horizontal).
Ø Cinta philia, ialah cinta
kepada orang tua, keluarga, saudara, sahabat, dan sesama manusia.
Ø Cinta eros / amos, cinta antara
pria dan wanita(suami-istri).
Cinta
inilah yang banyak melahirkan inspirasi dalam kehidupan manusia. Karena,
dalam realita sekarang, arti cinta direduksi hanya sebatas cinta eros / amos. Terbatasnya
pemaknaan cinta justru menyeret kehidupan manusia dalam kehidupan yang sempit.
Unsur-unsur
cinta lain diantaranya: kasih sayang, kemesraan, belas kasih, dan pemujaan yang
seharusnya dilabuhkan pada banyak obyek (Tuhan, orang tua, saudara, dan sesama
mahluk Tuhan) menjadi sesuatu yang kian sulit ditemui.
Bila
seseorang sudah bisa memadukan arti cinta secara universal, maka hidup orang
tersebut bisa dikatakan sudah seimbang. Tujuan hidup akan lebih tertata apabila
ada skala prioritas yang harus diperjuangkan. Cinta tidak melulu menuntut hak,
namun juga memuat tanggung jawab bagi para pelaku cinta sejati. tanggung jawab
inilah aplikasi tertinggi yang mengkategorikan seseorang pada pemaknaan dan
pemahaman yang utuh akan arti cinta.
KESIMPULAN
Tindak kekerasan
dan kebencian memang sudah dikenal pada awal kehidupan manusia di dunia ini dan
ini terbukti dari kisah Qobil dan Habil. Dalam pandangan Islam, tindak
kekerasan dan kebencian memang tidak sesuai dengan ajaran Islam di satu sisi,
tetapi di sisi lain menjadi begitu penting (urgensi).
Contohnya jihad
yang dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya yang membuktikan betapa pentingnya
jihad itu. Kekerasan juga sering digunakan dalam mendidik anak agar anak
tersebut menjadi lebih baik, misalnya dalam mengajarkan anak tentang shalat.
Tetapi
belakangan ini tindak kekerasan sering salah diartikan, misalnya kekerasan yang
terjadi dalam rumah tangga yang sering dijadikan ajang kekerasan yang begitu
janggal.
Adapun cinta
merupakan suatu fitrah yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT kepada hambanya.
Cinta adalah sesuatu yang tidak berwujud tetapi bisa dirasakan .
Cinta sangat
dibutuhkan oleh manusia demi keberlangsungan hidupnya di dunia ini, karna tanpa
adanya cinta keberlangsungan kehidupan manusia di dunia ini tidak akan lancar.
Dengan demikian
begitu urgensinya kedudukan cinta dalam kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Beuken
wim, Agama sebagai sumber kekerasana. Yokyakarta : Pustaka Pelajar . 2003
Jalaluddin,
psikologi agama. Jakarta : Grafindo . 2008
Ridho,
Abdurrasid. “ Memasuki Makna Cinta”. Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar