KATA PENGANTAR
Syukur
Alhamdulilah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat taufik dan Hidayah-Nya
makalah ini dapat terselesaikan meskipun didalam-nya masih penuh dengan
kekurangan. Shalawat serta salam senantiasa kita
haturkan kepada junjungan alam, sang reformasi dunia, Nabi besar Muhammad SAW,
yang telah membawa umat manusia dari jalan kegelapan menuju jalan yang penuh
dengan pancaran sinar Iman, sehingga kita bisa mengetahui Tuhan yang kita
sembah sebagaimana yang kita amalkan segala perintah dan larangannya.
Makalah yang berjudul “TENTANG AL-QUR’AN, ILMU-ILMUNYA, DAN
TAFSIRNYA”
merupakan
makalah dalam mata kuliah SEJARAH DAN METODE
TAFSIR AL-QUR’AN, yang di
mana pemaparan ataupun penjelasan masih jauh dari apa yang di harapakan, dan
jika terdapat kesalahan dalam penulisan isi makalah ataupun Nama gelar penulis
meminta maaf, karena penulis hanyalah manusia yang identik dengan salah dan
lupa.
Akhirnya penulis berharap semoga
makalah ini berguna dan bermanfaat hususnya bagi penulis. Amin ya Rabbal Alamin.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah.
Rumusan Masalah.
Tujuan.
BAB II PEMBAHASAN
TENTANG AL-QUR’AN, ILMU-ILMUNYA, DAN TAFSIRNYA
1.
Tafsir Ilmiah Terhaadap AL-qur’an.
Imam Ghazali Dan Tafsir Ilmiah.
Ibnu Abil Fadl Al- Mursi Dan As-Suyuthy.
2. pengobatan Dengan Al-Qur’an.
Makna Bahwa Al-Qur’an Adalah Penyembuh.
3.
Ayat-ayat tentang kerusakan yang di buat oleh bani Israil dan penafsiranya.
Penolakan
Terhadap Pendapat Ini Dan Dalilnya.
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Di era moderen berkembang
ajakan untuk menafsirkan Al-qur’an secara ilmiah. terutama di kalangan saintis
yang ingin berdalil dari teori-teori ilmiah mereka dari al-qur’an. Kemudian Pada
masa sekarang di kenal sebuah visi penafsiran baru yang biasa di sebut dengan
tafsir ilmiah Al-qur’an. Adapun pengertian visi penafsiran tersebut adalah:
penafsiran ynag menggunakan perangkat ilmu-ilmu alam kontemporer, yaitu
penemuan-penemuan dan teorinya untuk menjelaskan makna dan pengertian suatu
ayat atau beberapa ayat Al-qur’an.
Adapun pengertian
ilmu-ilmu alam tersebut adalah :Ilmu-ilmu alam Antonmi, Geologi, ilmu Kimia,
Biologi yang meliputi tumbuh-tumbuhan dan hewan serta ilmu-ilmu Kedokteran yang
meliputi Anatomi tubuh (fisiologi) serta ilmu Matematika dan semisalnya.
Para Ulama dan
Ahli syare’at berselisih pendapat tentang faliditas visi penafsiran ini.
menurut syara’. Sekitar tahun 50an pada abad ini (abad ke 20 M) terjadi polemik
didalam media cetak mesir, antara dua kubu ulama ahli Agama seputar
permasalahan ini. Sebelumnya, kita juga menjumpai ulama zaman dahulu yang pro
dan yang kontra dalam masalah ini. Meskipun yang kontra lebih banyak dan
refresentatif.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas dapat kita rumuskan permasalahanya yaitu: apakah
dengan adanya pro dan kontra di kalangan ulama mengenai Tentang: Al-Qur’an, Ilmu-Ilmunya, Dan Tafsirnya.
menjadi perpecahan di kalangan para ulama?
C.
Tujuan
Tujuan yang ingin di
capai dalam makalah ini adalah agar kita bisa mengetahui perbedaan-perbedaan
para ulama di dalam menafsirkan suatu ayat di dalam Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
1. TAFSIR ILMIAH TERHADAP AL-QUR’AN
Di era moderen berkembang ajakan untuk
menafsirkan Al-qur’an secara ilmiah. terutama di kalangan saintis yang ingin
berdalil dari teori-teori ilmiah mereka, dari Al-qur’an. Apa sebenarnya hakekat
tafsir ini? Apa batasan-batasanya? Bagaiman sikap ulama dan mufasir zaman
dahulu dan sekarang terhadap jenis tafsir ini? dan apa pendapat ustaz terhadap
jenis tafsir ini?.
Jawabnya adalah:
a) Penolakan Syekh Syaltut
Diantara orang-orang yang kontra adalah Al-Marahum
Al-Imam Al-Akbar Mahmud Syaltut. Dalam pendahuluan tafsirnya, beliau mengcam
sekelompok cendikiawan yang menguasai ilmu pengetahuan kontemporer atau
menguasai teori-teori ilmiah, filsafat, dan sebagainya. Kemudian, dengan bekal
pengetahuan itu, mereka menafsirkan Ayat-ayat Al-Qur’an dengan kerangka
pengetahuan yang ia kuasai itu. Dia berkata “ Mereka Menganalisa Al-Qur’an Dan
Menemukan Allah Swt. Dengn firman Allah.
$¨B $uZôÛ§sù Îû
É=»tGÅ3ø9$# `ÏB
&äóÓx« 4 ¢OèO 4n<Î) öNÍkÍh5u crç|³øtä ÇÌÑÈ
“.... tidaklah kami alfakan sesuatupun dalam
al-kitab, kemudian kepada tuhanlah mereka dihimpunkan. (al-an’am: 38).
Kemudian mereka menakwilkannya dengan suatu penakwialan
yang mereka anggap sebagai suatu penemuan dan pencapaian baru dalam menafsirkan
Al-Qur’an. Mereka menganalisis Al-Qur’an dengan landasan ini, dengan tindakan
itu mereka telah merusak hubungan mereka dengan Al-Qur’an dan menjerumuskan
mereka kedalam bentuk pemikiran yang tidak seperti dikehendaki Al-Qur’an. Tidak
diragukan lagi bahwa ini adalah analisis yang salah terhadap Al-Qur’an karena Allah
tidak menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi kitab yang berbicara kepada manusia
tentang beberapa analisis berbagai ilmu, berbagai bidang secara rinci, dan
berbagai pengetahuan.
b)
Penolakan Syekh Amin Al-Khauli
beserta ulama lainnya
Diantara orang-orang yang kontra adalah Syekh Amin
Al-Khauli dalam karya ilmiahnya al-tafsir: ma’aalim hayaatihi; manhajuhu
al-yaum. Ia mengutip pendapat Asyatibi dan penolakannya terhadap mereka
yang menghendaki mengeluarkan Al-Qur’an dari metodenya. Ia menolak mereka yang
mengira bahwa dalam Al-Qur’an ada pengetahuan orang-orang terdahulu dan
orang-orang masa kini, keagamaan dan keduniaan, syar’iyah dan aqliyah!.
Itu adalah pendapat Al-Imam Al-Akbar Muhammad Al-Maraghi (Mantan
Syekh Agung Al-Azhar). Ia mensinyalir dalam pengantar kitab karya Dr. Abdul Aziz
Basya Ismail (Islam dan Kedokteran Moderen).[1]
Hal itu juga adalah pendapat Dr .Abdul Halim Mahmud, Syekh
Abdullah Almusydi, dan Syekh Abubakar Dzikri. Mereka menyatakannya dalam
pendahuluan tafsir Al-Qur’an mereka secara simpel yang diterbitkan oleh majalah
nur al-Islam, media para ulama dakwah di Al-Azhar.
Imam Ghazali dan Tafsir
Ilmiah
Sebenarnya tema ini sudah di singgung oleh sejak zaman
dulu, orang pertama yang memulai mengutarakan itu adalah: Imam Abu Hamid Al- Gazzali.
Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin ia telah mengutip pendapat Ibnu Mas’ ud yang
mengatakan bahwa siapa yang mengiginkan ilmu orang-orang dulu dan kemudian,
hendaknya dia mendalami Al-Qur’an. Hal serupa juga terdapat di beberapa
pernyataan lalu ia berkata’ “secara global, semua ilmu pengetahuan masuk dalam
perbuatan Allah dan Sifat-sifat-Nya. Sedanngkan, Al-Qur’an menerangkan zat.[2]
Perbuatan dan sifatnya. Adapun ilmu pengetahuan ini bukanlah bersipat final.
Dalam Al-Qur’an, hanya terdapat sinyal secara global terhadap ilmu itu.[3]
Dalam kitabnya, jawahirul-qur’an, yaitu: kitab yang di karang setelah ihya’ ia
telah menguang tema yang sama bahkan lebih luas pembahasanya. Di antaranya di
sinyalir bahwa semua ilmu pengetahuan “terkumpul
dalam satu lautan di antara beberapa lautan pengetahuan allah, yaitu: lautan
perbuatan. Dan perlu diketahui bahwa
lautan tidak bertepi”.[4]
Ibnu Abil Fadl Al-Mursi
Dan As-Suyuthi
Setelah Imam Al-Gazali muncul Ibnu Abil Fadl Al-Mursi Dan
As-Suyuthi yang pemikiranya telah di rekam oleh As-Syutuhi dalam kitabnya
Al-Itqan[5].
Pendapatnya mirip dengan imam Al-Gazal ia mensinyalir bahwa dasar
industrialisasi itu terdapat dalam Al-Qur’an. Seperti pakaian dan jahit
menjahit yang terdapat dalam pirmanNya.
“......dan mulailah keduanya menutupinya dengan
daun-daun syurga....”
(al-A’raaf: 22).
Sinyal- sinyal dari Al-Qur’an inilah yang mendasari bahwa
dasar industrialisasi itu terdapat dalam al- qur’an, bahkan imam Asy-Suyuthi telah
memperkuat pendapat tersebut dalam dua kitabnya, Al-Itqan dan Ikliil At-Ta’will
fi Istinbaath At- Tanziil. Ia memperkuat pendapat tersebut dengan
argumentasi Al-Qur’an,hadist, serta pendapat Ibnu Mas’ud, Imam Hasan, Imam
Syafi’i dan lain-lain.
2. PENGOBATAN DENGAN AL-QUR’AN
Pada saat ini berkembang sebuah spesialisasi dan belum
pernah di kenal pada masa sebelunya dalam sejarah islam,yaitu fenomena dengan
pengobatan Al-Qur’an.
Orang yang mengklaim bisa mengobati penyakit apapun,
mengobati pasienya dengan cara membacakan beberapa ayat tertentu dari
al-qur’an. Ada orang cocok dengan pengobata ini dan penyakitnya sembuh.
Kemudian, ada juga sama sekali yang tidak bisa berubah penyakitnya dengan
pengobatan ini. Sebelumnya, apa hakekat masalah ini dan apa pendapat anda dari
segi syariat islam terhadap masalah ini.
Jawab...
Ada orang mengklaim sebagai spesialis dalam pengobatan dengan
Al-Qur’an bahkan membuka klinik umum yang di datangi oleh banyak orang yang
berobat kepadanya.
Dimana kita mengimani bahwa al-qur’an
adalah petunjuk dan penyembuh,seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagaimana
firman Allah:
3 ö@è% uqèd úïÏ%©#Ï9 (#qãZtB#uä Wèd Öä!$xÿÏ©ur ( úïÏ%©!$#ur w cqãYÏB÷sã þÎû öNÎgÏR#s#uä Öø%ur uqèdur óOÎgøn=tæ ¸Jtã 4 Í´¯»s9'ré& c÷ry$uZã `ÏB ¥b%s3¨B 7Ïèt/ ÇÍÍÈ
“.....katakanlah, al-qur’an itu adalah petunjuk
dan penawar bagi orang-orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman
pada telinga mereka ada sumbatan, sedang al-qur’an itu suatu kegelapanbagi
mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipangggil dari tempat
yang jauh.” (fushshilat: 44).
Namun apakah makna penyembuh dalam ayat tersebut?
Apakah penyembuh fisik, dengan pengertian, dan apa yang di lakukan seseorang
jika mengalami sakit perut mata, atau nyeri di tubuhnya? Akan tetapi yang kami
lihat dari sirah Nabi SAW. Dan Petunjuk Beliau Adalah: beliau
memerintahkan untuk berobat ke dokter dan menggunakan obat. Seperti dalam sabda
beliau..
” kesembuhan terdapat dalam tiga hal: minum madu, operasi, dan di cos
dengan api.”
Di situ beliau menyebutkan tiga macam
obat, yaitu yang di gunakan lewat mulut, operasi, dan pemanasan, yang merupakan
pengobatan tradisional. Nabi saw juga berobat jia sakit dan memerintahkan
sahabat beliau untuk berobat, seperti sabda beliau kepada beberapa seorang
sahabat, “berobatlah kepada al- Harits bin Kaldah ats-Tsaqafi.”
Makna bahwa Al-Qur’an adalah penyembuh
Al-Qur’an sendiri telah menjelaskan pengertian
penyembuhan yang di sebutkan secara mutlak dalam beberapa ayat dan kemudian di
ikat dengan ayat-ayat lain, yaitu firman Allah:
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# ôs% Nä3ø?uä!$y_ ×psàÏãöq¨B `ÏiB öNà6În/§ Öä!$xÿÏ©ur $yJÏj9 Îû
ÍrßÁ9$# Yèdur ×puH÷quur tûüÏYÏB÷sßJù=Ïj9 ÇÎÐÈ
“ Hai manusia, sesungguhnya telah
datang kepadamu pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”
(yunus: 57).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa al-qur’an adalah
penyembuh bagi penyakit hati, seperti keraguan, kebingungan,kebutaan mata hati,
kegelisahan, kesedihan, ketakutan, dan ke goncangan jiwa,oleh karena itu di
antara do’a Nabi saw. Adalah:
“ Ya allah,jadikanlah al-qur’an sebagai penyejuk hati
saya, cahaya di dada saya, dan penghilang kegelisahan serta kesulitan saya”.
Semua Perkara yang di doakan itu mempunyai makna maknawi
yang immateri, yang berhubungan dengan hati dan dada, bukan tubuh dan anggota
tubuh.
Al-Qur’an tidak di turunkan Allah untuk mengobati
penyakit fisik, namun manusia mengobati penyakit fisik mereka sesuai dengan
ilmu pengetahuan yang di letakan oleh Allah dalam semesta, yang di katakan dalm
Al-Qur’an sebagai sunnah atau aturan yang berlaku dalam semesta dan tidak
mungkin berubah atau di gantikan.
3.
AYAT-AYAT TENTANG KERUSAKAN YANG DI BUAT OLEH BANI ISRAEL
DAN PENAFSIRANYA.
Keterangan tentang penafsiran ayat-ayat yang terdapat di
permulaan surat Al- Isro’ yang berbicara tentang bani isroil dan perusakan yang
mereka lakukan di muka bumi sebanyak dua kali. Kemudian, siksa Allah bagi
mereka dengan membuat mereka kalah di tangan golongan manusia yang lain yang di
kehendaki Allah.
Adapun yang di maksud dengan ayat-ayat al-qur’an di awal
surat al- isro’ itu adalah:
Pandangan ulama: ulama masa kini berbeda pendapat dalam
menjelaskan makna ayat-ayat tersebut dan maksud yang di kandungnya.
Di antara mereka mengatakan bahwa dua kali kerusakan yang
di perbuat di muka bumi itu sudah terjadi, sebelum datangnya islam. Kemudian
bani israil ataupun yahudi mendapatkan hukuman dari allah atas perbuaan mereka
itu. Walaupun para ulama berbeda pendapat tentang macam perusakan yang di
perbuat oleh orang-orang yahudi pada zamanya. Di mana mayoritas berpendapt
bahwa kerusakan yang mereka perbuat itu adalah: “ mereka menghalalkan apa-apa
yang di haramkan, melanggar janji yang sudah di ikrarkan, melanggar hak antar
mereka, beriman dengan sebagaian al-kitab, dan kafir dengan sebagainya,
pengingkaran mereka terhadap nabi-nabi mereka, hingga mereka membunuh nabi-nabi
mereka itu. Seperti di jelaskan dalam firman Allah.
ô3 $yJ¯=ä3sùr& öNä.uä!%y` 7Aqßu $yJÎ/ w #uqöksE ãNä3Ý¡àÿRr& ÷Län÷y9õ3tFó$# $Z)Ìxÿsù ÷Läêö/¤x. $Z)Ìsùur cqè=çGø)s? ÇÑÐÈ
“ apakah setiap datang
kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan
keinginanmu lalu kamu angkuh; maka beberapa orang (di antara mereka) kamu
dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?” (al- baqarah: 87).
Di mana mereka
telah membunuh Nabi Zakaria dan Nabi Yahya. Mereka juga telah berkonspirasi
untuk membunuh Al-Masih a.s..
Di sini para
mufasir juga berbeda pendapat tentang hakekat hukuman yang di turunkan kepada
meraka. Kelompok manusia yang mana yang menghalalkan mereka itu, sebagai
balasan atas dosa mereka?. Mayoritas pendapt ulama menyatakan: bahwa hukuman
yang pertama mereka adalah dengan di kalahkannya mereka oleh bangsa
Babilonia sehingga mereka mengalami kekalahan yang amat telak negara mereka
lenyap, negri mereka hancur, taurat mereka di palsukan, dan mereka di giring
sebagai tawanan di Babilonia, sehingga mereka hidup dalam pengasingan yang hina
dan di negri asing selama tujuh puluh tahun adapun hukuman yang kedua
adalah: di kalahkanya mereka oleh
pasukan Romawi.
Di antara ulam ada
yang berpendapat bahwa kerusakan yang mereka perbuat itu baru satu kali, belum
dua kali. Yaitu ketika nabi di utus sebagai utusan allah. Kemudian beliau
mengadakan perjanjian dengan bani israil di Madinah, selanjutnya mereka
berhianat kepada beliau, dan memeranginya. Ini adalah kerusakan pertama yang
mereka perbuat. Allah kemudian menghukum mereka dengan mengalahkan mereka
melalui hamba-hambanya yang mempunyai kekuatan besar, yaitu Rasululloh Saw. Dan
sahabat-sahabat beliau, mereka itulah yang mengalahkan mereka. Mereka itulah
yang mengalahkan orang-orang yahudi.
Adapun kali yang
kedua adalah apa yang dilakukan oleh orang yahudi pada hari ini di palestina,
dengan mengusir orang-orang palestina, membunuh mereka, melanggar kehormatan
mereka, menghancurkan rumah mereka, dan mengeluarkan mereka dari negara mereka
dengan zalim. Kemudian memaksakan kehadiran mereka di negeri tersebut dengan
kekerasan dan senjata.
Saat ini kita
menugggu hukuman allah bagi mereka, yaitu dengan kalahnya mereka dengan kaum
muslimin sekali lagi, sebagaimana halnya dahulu para sahabat mengalahkan
mereka.
Ini adalah
pendapat para ulam masa kini, seperti Syeh Abdul Aziz Abdus-Sattar, dan lainya.
Yang menjelaskan bahwa kerusakan pertama yang di perbuat oleh bani Israil adalah
pada masa Nabi saw.
Adapun kerusakan
kedua yang mereka perbuat adalah yang saat ini sedang mereka lakukan, berupa
keconglalan sikap mereka, melanggar hal-hal yang di larang, menabrak hak orang
lain, menumpahkan darah, dan lainya. Sehingga mereka menjadi kelompok bumi yang
paling ganas, karena mereka memiliki berbagai perangkat media masa dan pengaruh
di dunia. Maka akan terwujud hhukuman allah kepada mereka dengan membuat mereka
kalah di tangan kaum muslimin, seperti yang terjadi sebelumnya.
Penolakan Terhadap Pendapat Ini Dan Dalilnya
Ada beberapa alasan mengenai penolakan pendapat
ini di antaranya:
Pertama firman Allah “ dan telah kami tetapkan kepada bani israel dalam kitab itu”
atau dengan kata lain bermakna, “ kami larang mereka dan kami beritahukan hal
itu kepada mereka dalam al-kitab.” Yang di maksud al-kitab adalah taurat,
seperti dalam firman Allah swt. Sebelumnya,”kami telah datangkan
al-kitab kepada musa.” Apa yang datang kepada taurat menunjukan bahwa kedua
peristiwa itu telah terjadi.
Kedua, kabilah bani Qainuqa, bani Nadhir, dan bani Quraizhah tidak
merepresentasikan bani israel dalam kekuatan dan kerajaan mereka.
Ketiga, rasul dan sahabat tidak sama sekali merajalela di kampung-kampung israel
seperti yang di ungkapkan dalam ayat karena saat itu mereka tidak memiliki
kampung, dan tempat yang mereka tinggali adalah negeri oang arab di tanah arab.
Keempat, firman Allah “Hamba-hamba kami”, tidak harus berarti bahwa mereka adalah
hamba Allah yang saleh. Karena, pada ayat yang lain, Allah menisbatkan orang
kafir sebagai hambanya juga. Seperti terdapat dalam firman Allah.
tPöqtur öNèdãà±óst $tBur crßç7÷èt `ÏB
Èbrß «!$# ãAqà)usù óOçFRr&uä ÷Läêù=n=ôÊr& Ï$t6Ïã ÏäIwàs¯»yd ÷Pr& öNèd (#q=|Ê @Î6¡¡9$# ÇÊÐÈ
“.....apakah kamu yang menyesatkan
hamba-hambaKu itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar).?”
(al-furqon: 17).
Kelima, yang di sepakati oleh para
mufasir zaman lampau adalah bahwa dua kali kerusakan yang di buat oleh bani Israel
itu telah terjadi dan Allah memberikan hukuman kepada mereka pada setiapkali
mereka berbuat kerusakan. Tidak ada hukuman yang lebih keras dan memilukan bagi
mereka daripada kekalahan, kehinaan dan di hancurkan oleh orang-orang Babylonia,
yang menghapus negara mereka dari muka bumi, membakar kitab-kitab suci mereka,
dan menghancurkan kuil mereka secara total. Demikian juga serangan yang di
lakukan oleh Romawi yang membuat mereka cerai-berai dari Palestina dan
terpencar ke seluruh dunia.
MAKALAH
SEJARAH DAN METODE TAFSIR AL-QUR’AN
“Tentang Al-Qur’an, Ilmu-ilmunya, Dan Tafsirnya”
O
L
E
H
Nama: ZARKASYI
Nim : 151 091 101
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2012
DAFTAR PUSTAKA
T.M. Hasbie Ash-Shiddieqy,
Sejarh dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an, bulan bintang, jakarta, 1994
........................Al-Qur’an
dan Terjemahnya, Penerbit Mekar Surabaya, Jakarta, 2002.
Dr. Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa
Kontemporer jilid 3, Gema Insani Press. Jakarta, 2002
[1] Dikutif oleh
Dr.adz-Dzahabi dalam juz ke-2 dalam kitabnya, at-tafsir wal mufassirun, hlm.
495-496. Cetakan. Al-mukhtar al-islam, tahun 1985, diterbitkan oleh maktabah
wahbah.
[2] Menurutnya al-qur’an tidak memberikan keterangan tentang hakekat allah zat
allah, namun hanya menjelaskan penapian kesamaan, sekutu,rekan, dan semacamnya
bagi allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar